Jumat, 06 Desember 2019

SPORT MASSAGE



OTOT
1.       manusia mempunyai sekitar 600 otot rangka
2.       Otot skelet memiliki dua perlekatan, untuk diskripsi dikatakan otot memiliki origo (pangkal – proksimal) dan insertio (ujung – distal) hal ini penting karena sbg sistem pengungkit dengan kekuatan optimal 90 derajat.
3.       membentuk sekitar 40% dari berat tubuh pada laki-laki dan 32% pada wanita, sementara otot polos dan jantung membentuk sekitar 10%.
4.       Klasifikasi otot dibedakan menjadi otot seran lintang (otot rangka dan jantung) dan polos (otot polos). Kedua, otot digolongkan sebagai volunter (otot rangka) dan otot involunter (otot jantung dan polos).
5.       Struktur otot skelet terbagi dalam beberapa lapisan, yaitu lapisan terluar disebut epimesium. Selanjutnya epimesium membungkus perimesium. Perimesium  membungkus endomesium. Dalam endomesium   inilah terdapat miofibril atau serabut otot.
6.       Tiap serabut otot tersusun atas miosin, aktin, troponin dan tropomiosin. Filamen-filamen ini tersusun sedemikian rupa shg memberi gambaran seran lintang pada serabut otot skelet.
7.       Sebuah miofibril dalam keadaan relaksasi memperlihatkan pita-pita gelap (pita A) dan terang (pita I) berganti-ganti. Daerah yang lebih terang didalam bagian tengah pita A tempat filamen  tipis tidak bertemu disebut zona H.
8.       Pita I terdiri dari bagian filamen tipis sisanya yang tidak menonjol ke pita A. Dibagian tengah pita I yang memadat terlihat garis vertikal yang disebut garis Z.
9.       Daerah diantara dua garis Z disebut Sarkomer, yang merupakan unit fungsional otot rangka yang dapat melaksanakan semua fungsi organ yang bersangkutan.
10.   Dengan demikian sarkomer adalah komponen terkecil suatu serat otot yang mampu berkontraksi. Selama pertumbuhan, otot mengalami peningkatan panjang karena penambahan sarkomer bukan karena  peningkatan ukuran sarkomer
11.   Perkembangan otot skelet terjadi secara bertahap mulai kehamilan berumur 7–9 minggu dan berakhir pada umur 24 minggu pada masa prenatal. Dengan demikian jumlah serabut otot tidak akan bertambah setelah kelahiran  dan akan berkurang seiring dengan proses menua. Jaringan otot skelet dalam pertumbuhan postnatalnya tidak mengalami penambahan dalam jumah serabut otot, pertumbuhannya melalui pembesaran ukuran serabut dan penambahan jumlah inti sel.
12.   Berdasar morfologi, otot dibagi menjadi otot merah dan putih. Berdasar fisiologi, otot dibagi menjadi otot berkontraksi lambat (merah) dan otot berkontraksi cepat (putih).
13.   Berdasar aktivitas enzim ATPase (adenosin triposfatase), otot dibagi menjadi otot tipe I dengan aktivitas ATPase rendah dan otot tipe II dengan  aktivitas ATPase tinggi.
14.   Berdasar klasifikasi tersebut serat otot dapat dibagi dalam dua kategori yaitu tipe I disebut ST atau Slow Twitch ( regang lambat ) dan FT atau Fast Twitch (regang cepat). ST dengan ciri-ciri regangannya lambat, berwarna merah, berkontraksi lambat  (10 kali perdetik), kapasitas untuk kerja yang bersifat daya tahan, konsentrasi aerobnya banyak, banyak mioglobin, banyak lemak, banyak mitokondria dan sedikit protein. Tipe II dengan ciri-ciri regangan cepat, berwarna putih, kontraksi cepat (30 hingga 50 kali perdetik), kapasitas untuk kerja yang bersifat kekuatan, konsentrasi aerobnya sedikit, sedikit mioglobin, sedikit lemak, sedikit mitokondria dan banyak protein serta banyak kalsium.
15.   Molekul miosin adalah suatu protein yang terdiri dari dua subunit identik yang masing-masing berbentuk seperti tongkat (stick) golf. ujung-ujung ekor protein jalin menjalin satu sama lain, dengan dua kepala globuler menonjol disalah satu ujung. Kedua belahan setiap filamen tebal merupakan bayangan cermin yang terbuat dari molekul-molekul miosin yang berjajar menurut panjangnya dalam susunan yang teratur denga ekor berorientasi kearah bagian tengah filamen sedang kepala globularnya menonjol keluar dalam interval ruang yang teratur. kepala-kepala ini membentuk jembatan silang antara filamen tebal dan tipis. Setiap jembatan silang memiliki dua tempat penting untuk proses kontraktil : tempat pengikatan aktin (action binding sites) dan tempat ATPase miosin (myosin ATPase site)
16.   Filamen tipis terdiri dari tiga protein yaitu aktin–tropomiosin–troponin. Molekul aktin merupakan struktur utama pada filamen tipis, berbentuk sferis. Tulang punggung filamen tipis dibentuk oleh  molekul aktin yang menyatu membentuk dua untaian dan saling menjalin/membelit. Setiap molekul; aktin memiliki tempat pengikatan khusus untuk melekat dengan jembatan silang miosin.
17.   Pada serat otot dalam keadaan relaksasi tidak terjadi kontraksi, aktin tidak mampu berikatan dengan jembatan silang karena posisi dua jenis  protein didalam molekul aktin (tropomiosin dan troponin). Molekul tropomiosin adalah protein berbentuk seperti benang yang terletak disepanjang sisi alur spiral aktin bersambung dari ujung ke ujung. Dalam posisi ini tropomiosin menutupi bagian aktin yang berikatan dengan jembatan silang. Tropomiosin distabilisasi dalam posisi penghambat ini oleh molekul troponin, yang mengikatkan ujung-ujung setiap molekul tropomiosin. Troponin adalah suatu kompleks protein yang terdiri dari tiga unit polipeptida : troponin I (Inhibitor) untuk mengikat aktin , troponin T (tropomyosin binding) untuk mengikat tropomiosin, troponin C calcium binding) untuk mengikat Ca++. Ketika kalsium mengikat troponin bentuk protein ini berubah sedemikian rupa sehingga tropomiosin tergelincir dari posisi menghambatnya (gb 3.9). Dengan tropomiosin keluar dan tidak lagi berada pada tempatnya, aktin dan miosin dapat berikatan dan berinteraksi dijembatan silang dan menghasilkan kontraksi otot.
18.   Filamen-filamen tipis dikedua sisi sarkomer tergelincir/bergeser masuk kearah pusat pita A selama kontraksi (GB 3.8). Ketika bergerak kearah pusat tersebut, filamen tipis menarik garis-garis Z ke tempat filamen tersebut melekat mendekat satu sama lain, sehingga sarkomer memendek. Karena semua sarkomer diseluruh serat otot memendek secara simultan , keseluruhan serat menjadi lebih pendek. Hal inilah yang disebut sebagai sliding filament mechanism (mekanisme penggelinciran filamen) kontraksi otot.
      Description: scan 8 
Gambar 3.8 Pemendekan Sarkomer
Zona H daerah dibagian tengah pita A yang tidak tercapai oleh filamen tipis saling mendekat. Zona H bahkan mungkin menghilang jika filamen tipis bertemu dibagian tengah pita A. Pita I yang terdiri dari bagian filamen tipis yang tumpang tindih dengan filamen tebal berkurang lebarnya ketika semakin banyak filamen tipis yang betumpang tindih dengan filamen tebal saat  gerakan bergeser masuk terus berlanjut. Panjang filamen tipis itu sendiri tidak berubah saat terjadi pemendekan serat otot. Lebar pita A tetap tidak berubah selama kontraksi karena lebarnya ditentukan oleh panjang filamen tebal dan panjang filamen tebal tidak berubah selama proses pemendekan. Jadi baik filamen tipis maupun tebal tidak mengalami perubahan panjang untuk memperpendek sarkomer, tetapi kontraksi dilakukan oleh pergeseran filamen tipis yang mendekat satu sama lain didalam filamen tebal.

19.  Aktivitas Jembatan Silang
Sewaktu miosin dan aktin berkontak dijembatan silang, konformasi jembatan silang berubah sehingga jembatan silang tersebut menekuk kedalam seolah-olah punya engsel dan mengayun kearah pusat filamen tebal dikenal dengan power stroke. Pemendekan  total diselesaikan oleh siklus pengikatan dan penekukan jembatan silang yang terjadi berulang-ulang. Pada akhir satu siklus jembatan silang, ikatan antara jembatan silang miosin dengan molekul aktin terputus. Jembatan silang kembali kepada formasinya semula dan berikatan dengan molekul aktin berikutnya yang terletak dibelakang pasangan aktin sebelumnya. Jembatan silang sekali lagi menekuk untuk menarik filamen tipis selanjutnya kearah dalam kemudian melepaskan dan kembali mengulangi siklus tersebut.  Karena orientasi molekul miosin didalam filamen tebal gerakan kuat seluruh jembatan silang mengarah kebagian tengah sehingga keenam filamen tipis disekitarnya secara simultan tertarik kearah dalam. namun jembatan silang yang berhubungan dengan filamen tipis yang bersangkutan tidak mengayun secara bersamaan. Pada setiap saat selama kontraksi sebagian jembatan silang melekat kefilamen tipis dan mengayun, sementara sebagian yang lain kembali ke formasi semula dalam persiapan untuk mengikat molekul aktin yang lain.
Dengan demikian sebagian jembatan silang menahan filamen tipis, sedangkan yang sebagian melepaskannya untuk berikatan dengan aktin yang baru. Apabila siklus ini tidak asinkron, filamen tipis akan kembali menggelincir ke posisi istirahat mereka diantara ayunan.

20.  Siklus Jembatan Silang
Bagaimana siklus jembatan silang diaktifkan oleh eksitasi otot ?. ingat bahwa jembatan silang miosin memiliki dua tempat khusus yaitu tempat pengikatan aktin dan ATPase. ATPase adalah suatu tempat enzimatik yang dapat mengikat molekul pembawa energi : adenosin trifosfat (ATP) dan menguraikannya menjadi adenosin difosfat (ADP) dan fosfat inorganik (Pi) yang dalam prosesnya menghasilkan energi.
Langkah 1; terjadi penguraian ATP menjadi ADP-Pi dijembatan silang miosin sebelum jembatan berikatan dengan molekul aktin. Langkah 2; ADP dan Pi tetap terikat dengan miosin dan energi yang dibebaskan disimpan didalam jembatan silang untuk menghasilkan bentuk miosin berenergi tinggi, ketika serat otot tereksitasi ca++ menarik kompleks troponin-tropomiosin keluar dari posisi menghambatnya sehingga jembatan silang miosin yang mendapat energi dapat berikatan dengan aktin. (jika otot tidak mengalami eksitasi dan tidak terjadi pengeluaran Ca++, troponin dan tropomiosin tetap berada dalam posisi menghambat, sehingga aktin dan miosin tidak berkaitan dan tidak terjadi gerakan mengayun. Langkah 3; kontak antara miosin dan aktin ini  menyebabkan energi yang ada dalam miosin dibebaskan sehingga jembatan silang menekuk dan menghasilkan gaya mengayun kuat menarik filamen tipis kearah dalam. Bersamaan dengan itu ADP dan Pi dilepaskan dengan cepat dari miosin. Langkah 4; hal ini membebaskan tempat ATPase miosin untuk berikatan dengan molekul ATP lain. Aktin dan miosin tetap berikatan dijembatan silang sampai ada molekul ATP segar melekat ke miosin di akhir gerakan mengayun. Perlekatan molekul ATP baru memungkinkan terlepasnya jembatan silang yang kemudian kembali ke formasi semula dan siap untuk menjalankan siklus baru. Apabila ATP ini tidak tersedia maka tidak akan terjadi pemisahan atin dan miosin yang dikenal dengan istilah rigor mortis. Kaku mayat terjadi karena terkuncinya otot rangka yang dimulai 3 sampai 4 jam setelah kematian dan menjadi sempurna sekitar 12 jam. Prosesnya adalah sebagai berikut: setelah kematian konsentrasi Ca mulai meningkat karena membran otot tidak mampu menahan Ca ekstrasel atau Ca keluar dari kantong lateral sehingga melepas regulator ke samping dan menyebabkan actin miosin berikatan akibat sisa ATP sebelum kematian. Karena sel mati tidak bisa menghasilkan ATP lagi maka miocin actin tidak dapat terlepas.
Relaksasi . seperti ketika proses kontraksi dengan mencetuskan pengeluaran Ca++ dari kantung lateral ke sitosol, proses kontraksi dihentikan ketika Ca++ dikembalikan ke kantung lateral karena aktifitas listrik lokal berhenti. Retikulum sarkoplasma memiliki suatu pembawa yang memerlukan energi yaitu pompa Ca++- ATPase yang secara aktif mengandung Ca++ dari sitosol dan memusatkannya dikantung lateral. Ketika asetilkolinnesterase menyingkirkan Ach dari taut neuromuskulus ada potensial aksi diserat otot berhenti. Apabila sudah tidak adalagi potensial aksi lokal ditubulus T yang mencetuskan pengeluaran Ca++ aktivitas pompa Ca++ retikulum sarkoplasma akan mengembalikan Ca++ yang telah dikeluarkan ke kantung lateral. Pembersihan Ca++ sitosol ini memungkinkan kompleks troponin-tropomiosin bergeser kembali keposisi menghambatnya.

KELELAHAN OTOT
Kelelahan otot disebabkan banyak hal, kelelahan otot terjadi apabila otot yang berolahraga tidak dapat lagi merespon terhadap rangsangan dengan tingkat aktivitas kontraktil yang setara. Penyebab utama kelelahan otot diperkirakan adalah penimbunan asam laktat, yang mungkin menghambat enzim-enzim kunci pada jalur penghasil energi atau proses penggabungan eksitasi-kontraksi, (2) habisnya cadangan energi.  



TES KEKUATAN OTOT
Prosedur pengukuran kekuatan otot
1)    Pengukuran kekuatan otot tungkai
a)     Alat: Leg dinamometer  elektrik merk Takei-Japan skala kg.
b)     Peserta berdiri di atas tumpuan alat leg dinamometer.
c)     Kedua tangan memegang bagian lengan tongkat pegangan dengan tali diikatkan ke pinggang.
d)     Punggung dan lengan pada posisi lurus lurus, lutut membentuk sudut 1200.
e)     Tarik tongkat pegangan ke atas sekuat mungkin dengan meluruskan lutut (ekstensi) dengan tarikan keatas dan tidak menghentak.
f)       Saat menarik, posisi punggung dan lengan tetap dalam keadaan lurus.
g)     Dilakukan 2 kali pengukuran dan diambil yang terbaik.

2)    Pengukuran power otot tungkai
a)     Alat: tes vertical jump .
b)     Peserta membubuhi jari tangan dengan kapur dan  berdiri di samping papan skala vertical jump.
c)     Satu tangan mengapai papan skala vertical jump dan menandai raihan tertinggi dengan kapur, lalu catat hasilnya.
d)     Tekuk lutut pada sudut 45 derajat untuk mempersiapkan tolakan, sudut lutut tidak boleh kurang atau lebih dari 45 derajat.
e)     Lompat dengan kekuatan penuh dan tepuk papan skala vertical jump dengan tangan yang sudah dibubuhi kapur, lalu catat hasilnya.
f)       Hitung selisih antara raihan tertinggi hasil loncatan dengan hasil raihan tanpa loncatan.
g)     Dilakukan 3 kali pengukuran dan diambil yang terbaik.

3)    Pengukuran kekuatan menarik otot lengan bahu skala kg.
a)     Alat: pull-push dinamometer manual merk TTM-Japan
b)     Peserta berdiri rileks dengan kaki agak terbuka.
c)     Pull-push dinamometer di pegang dengan ke 2 tangan posisi siku fleksi di depan dada dengan skala menghadap ke luar.
d)     Tarik dengan sekuat tenaga pull-push dinamometer, dan tidak boleh menghentak.
e)     Saat menarik, ke 2 tangan dan pull-push dinamometer tidak boleh menyentuh dada.
f)       Diukur 2 kali dan diambil yang terbaik.

4)    Pengukuran kekuatan mendorong otot lengan bahu skala kg.
a)     Alat: pull-push dinamometer manual merk TTM-Japan
b)     Peserta berdiri rilek dengan kaki agak terbuka.
c)     Pull-push dinamometer di pegang dengan ke 2 tangan posisi siku fleksi di depan dada dengan skala menghadap ke luar.
d)     Dorong dengan sekuat tenaga pull-push dinamometer, dan tidak boleh menghentak.
e)     Saat mendorong, ke 2 tangan dan pull-push dinamometer tidak boleh menyentuh dada.
f)       Diukur 2 kali dan diambil yang terbaik.

OTOT
1.       manusia mempunyai sekitar 600 otot rangka
2.       Otot skelet memiliki dua perlekatan, untuk diskripsi dikatakan otot memiliki origo (pangkal – proksimal) dan insertio (ujung – distal) hal ini penting karena sbg sistem pengungkit dengan kekuatan optimal 90 derajat.
3.       membentuk sekitar 40% dari berat tubuh pada laki-laki dan 32% pada wanita, sementara otot polos dan jantung membentuk sekitar 10%.
4.       Klasifikasi otot dibedakan menjadi otot seran lintang (otot rangka dan jantung) dan polos (otot polos). Kedua, otot digolongkan sebagai volunter (otot rangka) dan otot involunter (otot jantung dan polos).
5.       Struktur otot skelet terbagi dalam beberapa lapisan, yaitu lapisan terluar disebut epimesium. Selanjutnya epimesium membungkus perimesium. Perimesium  membungkus endomesium. Dalam endomesium   inilah terdapat miofibril atau serabut otot.
6.       Tiap serabut otot tersusun atas miosin, aktin, troponin dan tropomiosin. Filamen-filamen ini tersusun sedemikian rupa shg memberi gambaran seran lintang pada serabut otot skelet.
7.       Sebuah miofibril dalam keadaan relaksasi memperlihatkan pita-pita gelap (pita A) dan terang (pita I) berganti-ganti. Daerah yang lebih terang didalam bagian tengah pita A tempat filamen  tipis tidak bertemu disebut zona H.
8.       Pita I terdiri dari bagian filamen tipis sisanya yang tidak menonjol ke pita A. Dibagian tengah pita I yang memadat terlihat garis vertikal yang disebut garis Z.
9.       Daerah diantara dua garis Z disebut Sarkomer, yang merupakan unit fungsional otot rangka yang dapat melaksanakan semua fungsi organ yang bersangkutan.
10.   Dengan demikian sarkomer adalah komponen terkecil suatu serat otot yang mampu berkontraksi. Selama pertumbuhan, otot mengalami peningkatan panjang karena penambahan sarkomer bukan karena  peningkatan ukuran sarkomer
11.   Perkembangan otot skelet terjadi secara bertahap mulai kehamilan berumur 7–9 minggu dan berakhir pada umur 24 minggu pada masa prenatal. Dengan demikian jumlah serabut otot tidak akan bertambah setelah kelahiran  dan akan berkurang seiring dengan proses menua. Jaringan otot skelet dalam pertumbuhan postnatalnya tidak mengalami penambahan dalam jumah serabut otot, pertumbuhannya melalui pembesaran ukuran serabut dan penambahan jumlah inti sel.
12.   Berdasar morfologi, otot dibagi menjadi otot merah dan putih. Berdasar fisiologi, otot dibagi menjadi otot berkontraksi lambat (merah) dan otot berkontraksi cepat (putih).
13.   Berdasar aktivitas enzim ATPase (adenosin triposfatase), otot dibagi menjadi otot tipe I dengan aktivitas ATPase rendah dan otot tipe II dengan  aktivitas ATPase tinggi.
14.   Berdasar klasifikasi tersebut serat otot dapat dibagi dalam dua kategori yaitu tipe I disebut ST atau Slow Twitch ( regang lambat ) dan FT atau Fast Twitch (regang cepat). ST dengan ciri-ciri regangannya lambat, berwarna merah, berkontraksi lambat  (10 kali perdetik), kapasitas untuk kerja yang bersifat daya tahan, konsentrasi aerobnya banyak, banyak mioglobin, banyak lemak, banyak mitokondria dan sedikit protein. Tipe II dengan ciri-ciri regangan cepat, berwarna putih, kontraksi cepat (30 hingga 50 kali perdetik), kapasitas untuk kerja yang bersifat kekuatan, konsentrasi aerobnya sedikit, sedikit mioglobin, sedikit lemak, sedikit mitokondria dan banyak protein serta banyak kalsium.
15.   Molekul miosin adalah suatu protein yang terdiri dari dua subunit identik yang masing-masing berbentuk seperti tongkat (stick) golf. ujung-ujung ekor protein jalin menjalin satu sama lain, dengan dua kepala globuler menonjol disalah satu ujung. Kedua belahan setiap filamen tebal merupakan bayangan cermin yang terbuat dari molekul-molekul miosin yang berjajar menurut panjangnya dalam susunan yang teratur denga ekor berorientasi kearah bagian tengah filamen sedang kepala globularnya menonjol keluar dalam interval ruang yang teratur. kepala-kepala ini membentuk jembatan silang antara filamen tebal dan tipis. Setiap jembatan silang memiliki dua tempat penting untuk proses kontraktil : tempat pengikatan aktin (action binding sites) dan tempat ATPase miosin (myosin ATPase site)
16.   Filamen tipis terdiri dari tiga protein yaitu aktin–tropomiosin–troponin. Molekul aktin merupakan struktur utama pada filamen tipis, berbentuk sferis. Tulang punggung filamen tipis dibentuk oleh  molekul aktin yang menyatu membentuk dua untaian dan saling menjalin/membelit. Setiap molekul; aktin memiliki tempat pengikatan khusus untuk melekat dengan jembatan silang miosin.
17.   Pada serat otot dalam keadaan relaksasi tidak terjadi kontraksi, aktin tidak mampu berikatan dengan jembatan silang karena posisi dua jenis  protein didalam molekul aktin (tropomiosin dan troponin). Molekul tropomiosin adalah protein berbentuk seperti benang yang terletak disepanjang sisi alur spiral aktin bersambung dari ujung ke ujung. Dalam posisi ini tropomiosin menutupi bagian aktin yang berikatan dengan jembatan silang. Tropomiosin distabilisasi dalam posisi penghambat ini oleh molekul troponin, yang mengikatkan ujung-ujung setiap molekul tropomiosin. Troponin adalah suatu kompleks protein yang terdiri dari tiga unit polipeptida : troponin I (Inhibitor) untuk mengikat aktin , troponin T (tropomyosin binding) untuk mengikat tropomiosin, troponin C calcium binding) untuk mengikat Ca++. Ketika kalsium mengikat troponin bentuk protein ini berubah sedemikian rupa sehingga tropomiosin tergelincir dari posisi menghambatnya (gb 3.9). Dengan tropomiosin keluar dan tidak lagi berada pada tempatnya, aktin dan miosin dapat berikatan dan berinteraksi dijembatan silang dan menghasilkan kontraksi otot.
18.   Filamen-filamen tipis dikedua sisi sarkomer tergelincir/bergeser masuk kearah pusat pita A selama kontraksi (GB 3.8). Ketika bergerak kearah pusat tersebut, filamen tipis menarik garis-garis Z ke tempat filamen tersebut melekat mendekat satu sama lain, sehingga sarkomer memendek. Karena semua sarkomer diseluruh serat otot memendek secara simultan , keseluruhan serat menjadi lebih pendek. Hal inilah yang disebut sebagai sliding filament mechanism (mekanisme penggelinciran filamen) kontraksi otot.
      Description: scan 8 
Gambar 3.8 Pemendekan Sarkomer
Zona H daerah dibagian tengah pita A yang tidak tercapai oleh filamen tipis saling mendekat. Zona H bahkan mungkin menghilang jika filamen tipis bertemu dibagian tengah pita A. Pita I yang terdiri dari bagian filamen tipis yang tumpang tindih dengan filamen tebal berkurang lebarnya ketika semakin banyak filamen tipis yang betumpang tindih dengan filamen tebal saat  gerakan bergeser masuk terus berlanjut. Panjang filamen tipis itu sendiri tidak berubah saat terjadi pemendekan serat otot. Lebar pita A tetap tidak berubah selama kontraksi karena lebarnya ditentukan oleh panjang filamen tebal dan panjang filamen tebal tidak berubah selama proses pemendekan. Jadi baik filamen tipis maupun tebal tidak mengalami perubahan panjang untuk memperpendek sarkomer, tetapi kontraksi dilakukan oleh pergeseran filamen tipis yang mendekat satu sama lain didalam filamen tebal.

19.  Aktivitas Jembatan Silang
Sewaktu miosin dan aktin berkontak dijembatan silang, konformasi jembatan silang berubah sehingga jembatan silang tersebut menekuk kedalam seolah-olah punya engsel dan mengayun kearah pusat filamen tebal dikenal dengan power stroke. Pemendekan  total diselesaikan oleh siklus pengikatan dan penekukan jembatan silang yang terjadi berulang-ulang. Pada akhir satu siklus jembatan silang, ikatan antara jembatan silang miosin dengan molekul aktin terputus. Jembatan silang kembali kepada formasinya semula dan berikatan dengan molekul aktin berikutnya yang terletak dibelakang pasangan aktin sebelumnya. Jembatan silang sekali lagi menekuk untuk menarik filamen tipis selanjutnya kearah dalam kemudian melepaskan dan kembali mengulangi siklus tersebut.  Karena orientasi molekul miosin didalam filamen tebal gerakan kuat seluruh jembatan silang mengarah kebagian tengah sehingga keenam filamen tipis disekitarnya secara simultan tertarik kearah dalam. namun jembatan silang yang berhubungan dengan filamen tipis yang bersangkutan tidak mengayun secara bersamaan. Pada setiap saat selama kontraksi sebagian jembatan silang melekat kefilamen tipis dan mengayun, sementara sebagian yang lain kembali ke formasi semula dalam persiapan untuk mengikat molekul aktin yang lain.
Dengan demikian sebagian jembatan silang menahan filamen tipis, sedangkan yang sebagian melepaskannya untuk berikatan dengan aktin yang baru. Apabila siklus ini tidak asinkron, filamen tipis akan kembali menggelincir ke posisi istirahat mereka diantara ayunan.

20.  Siklus Jembatan Silang
Bagaimana siklus jembatan silang diaktifkan oleh eksitasi otot ?. ingat bahwa jembatan silang miosin memiliki dua tempat khusus yaitu tempat pengikatan aktin dan ATPase. ATPase adalah suatu tempat enzimatik yang dapat mengikat molekul pembawa energi : adenosin trifosfat (ATP) dan menguraikannya menjadi adenosin difosfat (ADP) dan fosfat inorganik (Pi) yang dalam prosesnya menghasilkan energi.
Langkah 1; terjadi penguraian ATP menjadi ADP-Pi dijembatan silang miosin sebelum jembatan berikatan dengan molekul aktin. Langkah 2; ADP dan Pi tetap terikat dengan miosin dan energi yang dibebaskan disimpan didalam jembatan silang untuk menghasilkan bentuk miosin berenergi tinggi, ketika serat otot tereksitasi ca++ menarik kompleks troponin-tropomiosin keluar dari posisi menghambatnya sehingga jembatan silang miosin yang mendapat energi dapat berikatan dengan aktin. (jika otot tidak mengalami eksitasi dan tidak terjadi pengeluaran Ca++, troponin dan tropomiosin tetap berada dalam posisi menghambat, sehingga aktin dan miosin tidak berkaitan dan tidak terjadi gerakan mengayun. Langkah 3; kontak antara miosin dan aktin ini  menyebabkan energi yang ada dalam miosin dibebaskan sehingga jembatan silang menekuk dan menghasilkan gaya mengayun kuat menarik filamen tipis kearah dalam. Bersamaan dengan itu ADP dan Pi dilepaskan dengan cepat dari miosin. Langkah 4; hal ini membebaskan tempat ATPase miosin untuk berikatan dengan molekul ATP lain. Aktin dan miosin tetap berikatan dijembatan silang sampai ada molekul ATP segar melekat ke miosin di akhir gerakan mengayun. Perlekatan molekul ATP baru memungkinkan terlepasnya jembatan silang yang kemudian kembali ke formasi semula dan siap untuk menjalankan siklus baru. Apabila ATP ini tidak tersedia maka tidak akan terjadi pemisahan atin dan miosin yang dikenal dengan istilah rigor mortis. Kaku mayat terjadi karena terkuncinya otot rangka yang dimulai 3 sampai 4 jam setelah kematian dan menjadi sempurna sekitar 12 jam. Prosesnya adalah sebagai berikut: setelah kematian konsentrasi Ca mulai meningkat karena membran otot tidak mampu menahan Ca ekstrasel atau Ca keluar dari kantong lateral sehingga melepas regulator ke samping dan menyebabkan actin miosin berikatan akibat sisa ATP sebelum kematian. Karena sel mati tidak bisa menghasilkan ATP lagi maka miocin actin tidak dapat terlepas.
Relaksasi . seperti ketika proses kontraksi dengan mencetuskan pengeluaran Ca++ dari kantung lateral ke sitosol, proses kontraksi dihentikan ketika Ca++ dikembalikan ke kantung lateral karena aktifitas listrik lokal berhenti. Retikulum sarkoplasma memiliki suatu pembawa yang memerlukan energi yaitu pompa Ca++- ATPase yang secara aktif mengandung Ca++ dari sitosol dan memusatkannya dikantung lateral. Ketika asetilkolinnesterase menyingkirkan Ach dari taut neuromuskulus ada potensial aksi diserat otot berhenti. Apabila sudah tidak adalagi potensial aksi lokal ditubulus T yang mencetuskan pengeluaran Ca++ aktivitas pompa Ca++ retikulum sarkoplasma akan mengembalikan Ca++ yang telah dikeluarkan ke kantung lateral. Pembersihan Ca++ sitosol ini memungkinkan kompleks troponin-tropomiosin bergeser kembali keposisi menghambatnya.

KELELAHAN OTOT
Kelelahan otot disebabkan banyak hal, kelelahan otot terjadi apabila otot yang berolahraga tidak dapat lagi merespon terhadap rangsangan dengan tingkat aktivitas kontraktil yang setara. Penyebab utama kelelahan otot diperkirakan adalah penimbunan asam laktat, yang mungkin menghambat enzim-enzim kunci pada jalur penghasil energi atau proses penggabungan eksitasi-kontraksi, (2) habisnya cadangan energi.  



TES KEKUATAN OTOT
Prosedur pengukuran kekuatan otot
1)    Pengukuran kekuatan otot tungkai
a)     Alat: Leg dinamometer  elektrik merk Takei-Japan skala kg.
b)     Peserta berdiri di atas tumpuan alat leg dinamometer.
c)     Kedua tangan memegang bagian lengan tongkat pegangan dengan tali diikatkan ke pinggang.
d)     Punggung dan lengan pada posisi lurus lurus, lutut membentuk sudut 1200.
e)     Tarik tongkat pegangan ke atas sekuat mungkin dengan meluruskan lutut (ekstensi) dengan tarikan keatas dan tidak menghentak.
f)       Saat menarik, posisi punggung dan lengan tetap dalam keadaan lurus.
g)     Dilakukan 2 kali pengukuran dan diambil yang terbaik.

2)    Pengukuran power otot tungkai
a)     Alat: tes vertical jump .
b)     Peserta membubuhi jari tangan dengan kapur dan  berdiri di samping papan skala vertical jump.
c)     Satu tangan mengapai papan skala vertical jump dan menandai raihan tertinggi dengan kapur, lalu catat hasilnya.
d)     Tekuk lutut pada sudut 45 derajat untuk mempersiapkan tolakan, sudut lutut tidak boleh kurang atau lebih dari 45 derajat.
e)     Lompat dengan kekuatan penuh dan tepuk papan skala vertical jump dengan tangan yang sudah dibubuhi kapur, lalu catat hasilnya.
f)       Hitung selisih antara raihan tertinggi hasil loncatan dengan hasil raihan tanpa loncatan.
g)     Dilakukan 3 kali pengukuran dan diambil yang terbaik.

3)    Pengukuran kekuatan menarik otot lengan bahu skala kg.
a)     Alat: pull-push dinamometer manual merk TTM-Japan
b)     Peserta berdiri rileks dengan kaki agak terbuka.
c)     Pull-push dinamometer di pegang dengan ke 2 tangan posisi siku fleksi di depan dada dengan skala menghadap ke luar.
d)     Tarik dengan sekuat tenaga pull-push dinamometer, dan tidak boleh menghentak.
e)     Saat menarik, ke 2 tangan dan pull-push dinamometer tidak boleh menyentuh dada.
f)       Diukur 2 kali dan diambil yang terbaik.

4)    Pengukuran kekuatan mendorong otot lengan bahu skala kg.
a)     Alat: pull-push dinamometer manual merk TTM-Japan
b)     Peserta berdiri rilek dengan kaki agak terbuka.
c)     Pull-push dinamometer di pegang dengan ke 2 tangan posisi siku fleksi di depan dada dengan skala menghadap ke luar.
d)     Dorong dengan sekuat tenaga pull-push dinamometer, dan tidak boleh menghentak.
e)     Saat mendorong, ke 2 tangan dan pull-push dinamometer tidak boleh menyentuh dada.
f)       Diukur 2 kali dan diambil yang terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar